Selasa, 05 Juni 2012

PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Perpustakaan merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang dokumentasi dan informasi. Perkembangan zaman yang semakin cepat disertai perkembangan teknologi yang canggih membuat perpustakaan dituntut untuk lebih memancarkan sinarnya. Apalagi perpustakaan  mempunyai peranaan penting dalam memajukan  pendidikan di Indonesia. Akhir-akhir ini prestasi pendidikan di Indonesia sangat memburuk menyebabkan kwalitas sumber daya manusia yang rendah. Banyak kita lihat saat ini rakyat Indonesia berbondong–bondong ke negara tetangga hanya untuk memperoleh pekerjaan. Banyak diantara mereka mendapatkan perlakuan yang  tidak baik secara fisik maupun psikis. Ini semua disebabkan oleh rendahnya sumberdaya manusia akibat kwalitas pendidikan yang buruk.
Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut pada tahun 1997 dari 49 negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53.
Selain itu pada tahun 2005 Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir dari laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Laporan ini dipublikasikan pada 24 Juni lalu. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4.
Melihat data di atas Indonesia sangat kalah dengan negara – negara berkembang lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Myanmar dan Vietnam. Pemerintah  harus mempunyai peran dalam meningkatkan sumberdaya manusia melalui pendidikan. Pendidikan berkwalitas didukung oleh sarana dan prasarana yang menunjang termasuk perpustakaan. Selain itu peran dari pustakawan sangat diperlukan  dalam memberdayakan pendidikan Indonesia.
Perkembangan perpustakaan dari tahun ke tahun sudah menunjukkan kemajuan seiring dengan perkembangan teknologi. Teknologi yang semakin canggih menuntut perpustakaan untuk lebih maju, sekarang banyak perpustakaan yang sudah berkembang kearah digital library. Ini menunjukkan kemajuan yang pesat, tetapi alangkah baiknya kemajuan teknologi yang canggih harus disertai sumberdaya manusia yang profesional sesuai bidangnya. Sarana dan prasarana yang memadai akan  menunjang terbentuknya pendidikan yang berkwalitas, sehingga dengan pendidikan berkwalitas mampu menuju  kesejahteraan rakyat Indonesia. Pendidikan yang berkwalitas melahirkan generasi yang tangguh dan mempunyai intelektualitas yang tinggi disertai dengan aklaq yang baik. Generasi yang berkwalitas akan mampu membawa negeri ini kearah yang lebih baik.
Perkembangan perpustakaan di Indonesia khususnya masih sangat lambat dibanding dengan luar negeri. Kebanyakan orang masih menganggap remeh bahkan menganaktirikan perpustakan. Pada umumnya orang beranggapan bahwa perpustakaan hanyalah kumpulan buku yang penuh dengan debu dan pembuangan pegawai yang tidak produktif. Paradigma ini harus diubah seiring dengan arus informasi yang berkembang pesat. Pemerintah harus lebih proaktif dan terus berupaya untuk mewujudkan pendidikan berkwalitas melalui perpustakaan.
B . Rumusan Masalah
1.       Apa yang menyebabkan rendahnya kualitas  sumberdaya manusia Indonesia?
2.       Bagaimana peran perpustakaan sebagai lembaga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan?
C. Tujuan
Melihat uraian diatas penulisan ini bertujuan untuk memberikan ide, masukan, dan gagasan dalam upaya meningkatkan prestasi pendidikan di Indonesia dan kwalitas sumber daya manusia melalui perpustakaan.
D. Landasan Teori
Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut pada tahun 1997 dari 49 negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53.
Melihat  ini perlunya suatu penelitian mengenai penyebab  dari rendahnya mutu pendidikan  di Indonesia. Menurut Arif Rahman rendahnya mutu pendidikan di Indonesia  disebabkan oleh 9 faktor yaitu
1.       Keberhasilan pendidikan diukur dari ranah kognitif.
2.       Model evaluasi yang digunakan selama ini hanya mengukur kemampuan berfikir yang konvergen.
3.       Proses pendidikan berubah menjadi proses pengajaran.
4.       Kemampuan menguasai materi tidak disertai dengan pembinaan kegemaran belajar.
5.       Gelar menjadi target pendidikan.
6.       Materi pendidikan dan buku pelajaran ditulis dengan cara dan metode yang monoton.
7.       Profesi guru yang terkesan menjadi profesi ilmiah.
8.       Upaya pemerataan pendidikan tidak disertai dengan sarana dan prasarana yang memadai.
9.       Manajemen pendidikan yang menekankan pada tanggung jawab penyelenggara pendidikan kepada pemerintah bukan pada stakeholder.  (www.ilmu pendidikan.net).
Selain itu juga penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya minat baca masyarakat.  Minat untuk membaca di Indonesia masih tergolong rendah ini didasarkankan pada  data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%). Data lainnya, misalnya International Association for Evaluation of Educational (IEA). Tahun 1992, IAE melakukan riset tentang kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV 30 negara di dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak SD.
Data diatas menunjukkan betapa rendahnya minat baca rakyat Indonesia. Rendahnya minat baca  ini juga disebabkan oleh faktor harga buku yang tidak terjangkau, bahasa yang digunakan adalah bahasa kaku, kurang tersedia tempat membaca yang nyaman dan padatnya kurikulum. Perpustakaan sebagai salah satu tempat baca seharusnya di desain yang menarik supaya pemakai nyaman. Pustakawan dituntun untuk mampu menjadi tenaga yang profesional dalam bidangnya sehingga mampu menarik para pemakai  untuk datang ke perpustakaan.
Menurut UU no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis,karya cetak, dan/ atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Dari pengertian tersebut disebutkan bahwa perpustakaan mencakup segala komponen. Disini perpustakaan mampu menyediakan koleksi yang sanggup menjadi daya tarik para pembaca itu sendiri. Ini merupakan tugas dari pustakawan untuk mampu memberdayakan perpustakaan agar mampu berperan dalam pendidikan. Pada bab pendahuluan disebutkan bahwa  sumber daya manusia yang rendah dari  mutu pendidikan yang rendah pula. Pendidikan yang berkwalitas dapat dilihat dari segi internal maupun eksternal. Dari segi  eksternal kwalitas pendidikan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi 5 hasil produk pendidikan, meliputi
  1. Pembelajaran sepanjang hayat.
  2. Komunikator yang baik dalam bahasa nasional / internasional.
  3. Ketrampilan teknologi untuk lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari.
  4. Siap secara kognitif untuk pekerjaan yang komplek, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan.
5. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab secara social, politik dan budaya.  ( Nurkolis,2003:71)
Dari segi internal pendidikan yang berkwalitas adalah memungkinkan tenaga pengajar dan staf lainnya mampu berkembang secara fisik maupun psikis. Dari segi fisik ini meliputi kesejahteraan dan berupa material, sedangkan dari segi psikis adalah kesempatan untuk berkembang. Dalam mencapai pendidikan yang berkwalitas tentu banyak kendala yang dihadapi antara lain
  1. Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat luas masih rendah karena terlalu kuatnya dominasi pemerintah pusat dalam manajemen mikro pendidikan.
  2. Penggunaan sumber daya yang tidak optimal  dan tidak efisien dikarenakan rendahnya anggaran pendidikan dan pengelolaan anggaran yang terpusat.
  3. Partisipasi masyarakat yng masih rendah.
  4. Sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi dilingkungannya baik dari segi politik, ekonomi, social, budaya dan teknologi. (Nurkolis,2003)
Pada poin ke 4 disebutkan bahwa  Sekolah tidak mampu mengikuti  perubahan yang terjadi dilingkungannya baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Peran  perpustakaan sekolah dituntut untuk mampu menyediakan informasi yang  berkembang sesuai zaman. Perpustakaan sekolah harus mampu menyediakan informasi yang tepat, cermat, akurat dan akuntabel bagi pemakai perpustakaan.
E.  Pembahasan
Dari uraian penulis sebelumnya dapat dijadikan tolak ukur kwalitas pendidikan di Indonesia. Kwalitas sumberdaya manusia berasal dari proses pendidikan yang dijalankan secara kontinyu. Pada bab ini  penulis akan mengungkapkan ide, gagasan yang perlu dilakukan oleh perpustakaan khususnya.
Adapun peran perpustakaan dalam meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia meliputi:
a.      Budaya Baca
Budaya baca adalah Suatu sikap dan tindakan/perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan (Sutarno,2006:27). Pembinaan  minat baca yang  dilakukan sejak dini, akan berkelanjutan sampai  dewasa dan menjadi suatu kebutuhan tersendiri. Pada masyarakat Indonesia kebiasaan membaca belum menjadi budaya seperti diluar negeri. Masyarakat Indonesia lebih suka mendengarkan daripada  membaca. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perpustakaan dalam meningkatkan budaya baca. Budaya baca perlu diupaya  dalam menuju masyarakat gemar membaca. Ini menuntut peran dari berbagai lapisan masyarakat dalam membina generasi gemar membaca.
Perpustakaan sekolah sebagai sarana penunjang pendidikan harus ikut berperan didalamnya. Pihak sekolah terutama kepala sekolah harus memperhatikan keberadaan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah selama ini  hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Banyak keadaan perpustakaan sekolah yang kurang layak, ini dikarenakan kurangnya perhatian  dari kepala sekolah. Pada UU perpustakaan no 43 tahun 2007 disebutkan bahwa anggaran perpustakaan sekolah sedikitnya 5% dari anggaran belanja operasional sekolah. Sudahkah setiap sekolah menyediakan anggaran 5% dari APBS? Ini menjadi salah satu indikasi bahwa perpustakaan sekolah yang kurang baik. Pihak sekolah lebih banyak menggunakan untuk keperluan lainnya dari pada digunakan untuk perbaikan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah yang sudah  mempunyai anggaran 5 % perlu dikelola secara maksimal akan menghasilkan suatu hasil yang memuaskan. Semua itu bisa terwujud dengan peran dari seluruh warga sekolah.  Penyediaan bahan bacaan yang bermutu akan meningkatkan budaya baca diantara para siswa.
b.      Tersedianya sumber informasi yang cepat, tepat dan akurat.
Perkembangan era globalisasi ini informasi sangatlah memegang peranan penting dalam kehidupan. Teknologi yang serba canggih menuntut para pemakai informasi mampu mengikuti sesuai perkembangan yang ada. Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang informasi harus mampu menyesuaikan dan mampu menyediakan bagi para pemakainya. Penyediaan bahan informasi baik berupa buku maupun non buku. Informasi yang berupa buku misalnya, ensiklopedi, buku non fiksi, fiksi, directory, maupun kamus. Sedangkan bahan informasi yang non buku misalnya, mikrofis, film, CD- room, kaset. Kemajuan teknologi yang ada sekarang ini dapat dijadikan sebagai suatu koleksi non buku yaitu fasilitas internet. Fasilitas internet ini sangatlah mempermudah para pencari  informasi. Dengan internet seseorang  bisa berwisata ke ujung dunia sekalipun.
Perpustakaan sekolah yang didukung dengan  fasilitas internet mampu menjadi daya tarik begi perpustakaan tersebut. Ini juga membuat para siswa tidak tertinggal dalam perkembangan informasi yang ada. Penyediaan koleksi buku juga diperlukan dalam penyediaan informasi, dalam pengadaannya pun harus sesuai dengan kebutuhan dan selera para pemakai perpustakaan tersebut. Suatu perpustakaan dikatakan berhasil apabila dilihat dari jumlah pengunjung, jumlah koleksi,  maupun jumlah koleksi yang dipinjam.
Perpustakaan sekolah yang mampu menjadi sarana belajar bagi para siswa akan memiliki daya guna yang tinggi, sehingga mampu berperan dalam proses pendidikan. Jadikanlah perpustakaan sekolah menjadi jantung pendidikan di sekolah tersebut. Sehingga dari peran perpustakaan tersebut   akan menghasilkan generasi dan sumber daya manusia.
Sumber Daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material / non financial didalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan  menjadi potensi nyata secara fisik (real) dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi,1998:40). Maju mundurnya perpustakaan ditentukan oleh sumber daya manusianya itu sendiri. Perpustakaan yang dikelola dengan sumber daya manusia yang profesional mampu menghasilkan out put yang bagus. Perpustakaan akan maju dan berkembang sesuai yang diharapkan oleh banyak pihak.
Sumber daya manusia di perpustakaan adalah pustakawan dan tenaga staff di perpustakaan tersebut. Menurut UU no 43 tahun 2007 disebutkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan /atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan  dan pelayanan perpustakaan.  Selama ini masih banyak sumber daya manusia perpustakaan yang masih rendah khususnya dalam hal teknologi. Ada 6 aspek sebagai faktor penyebeb rendahnya penguasaan teknologi oleh pustakawan. yaitu
a)       Peraturan terhadap angka kredit
b)      Sikap pustakawan
c)       Kemampuan pustakawan
d)      Rancangan program aplikasi
e)      Materi pendidikan kepustakawanan
f)       Organisasi profesi  (Koeswara,1998:171)
Peningkatan mutu sumber daya manusia dalam perpustakaan sangat diperlukan untuk berkembang kearah yang lebih maju. Pustakawan harus mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun non pemerintah. Pelatihan itu dapat berupa seminar,magang maupun pelatihan khususnya dalam hal teknologi. Profesionalisme pustakawan dapat menjadi indikator dalam peranan pendidikan di Indonesia pada umumnya. Sumber daya manusia meliputi 3 komponen pokok meliputi keramahan pelayanan, kecepatan dan keprofesionalan.
F. Kesimpulan dan Saran
a.   Kesimpulan
Dari uraian penulis diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan mempunyai peranan penting dalam meningkarkan kwalitas pendidikan di Indonesia.  Pendidikan yang berkwalitas menghasilkan sumber daya manusia yang berkwalitas. Adapun peran yang dapat diambil oleh perpustakaan dalam upaya ikut meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia meliputi
1.       Budaya membaca yang masih rendah menjadi indikasi bahwa rendahnya tingkat sumberdaya manusia. Kebiasaan membaca belum menjadi budaya dikalangan masyarakat Indonesia. Disini dituntut peranan perpustakaan dalam memberdayakan budaya baca.
2.       Tersedianya sumber informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan oleh para pencari informasi.Perpustakaan sebagai fasilitator hendaknya mampu menyediakan informasi yang up tudate, sehingga perpustakaan mempunyai nilai yang berdaya guna tinggi.
3.       Tenaga pustakawan yang profesional, sebagai sumber daya manusia pengelola perpustakaan hendaknya mampu memngelola perpustakaan sesuai kemampuan. Perlunya pustakawan untuk tetap menambah wawasan pengetahuan dalam rangka meningkatkan kwalitasnya.
b. Saran
Pendidikan berkwalitas harus didukung oleh segenap lapisan masyarakat serta tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Pemerintah sebaiknya memberi dukungan penuh pada perpustakaan sebagai sarana belajar untuk lebih berkembang kearah yang lebih baik  dan maju.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkolis.2003.Manajemen Berbasis  Sekolah Teori model dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo.
Koeswara.1998.Dinamika Informasi dalam era Global. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nawari Hadari .1998. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Kompetitif. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Lasa Hs.2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus Book Publisher.
http://www.ilmupendidikan.net/
http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesia-ranking-109-malaysia-61/
http://writingsdy.wordpress.com/2007/06/01/mengatasi-rendahnya-minat-baca-di-indonesia/
Seminar Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia, 8 Agustus 2009, Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Soetarno Ns. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto

Sumber: http://www.pemustaka.com/peran-perpustakaan-dalam-meningkatkan-kwalitas-pendidikan-di-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar