Perpustakaan
merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang dokumentasi dan informasi.
Perkembangan zaman yang semakin cepat disertai perkembangan teknologi
yang canggih membuat perpustakaan dituntut untuk lebih memancarkan
sinarnya. Apalagi perpustakaan mempunyai peranaan penting dalam
memajukan pendidikan di Indonesia. Akhir-akhir ini prestasi pendidikan
di Indonesia sangat memburuk menyebabkan kwalitas sumber daya manusia
yang rendah. Banyak kita lihat saat ini rakyat Indonesia
berbondong–bondong ke negara tetangga hanya untuk memperoleh pekerjaan.
Banyak diantara mereka mendapatkan perlakuan yang tidak baik secara
fisik maupun psikis. Ini semua disebabkan oleh rendahnya sumberdaya
manusia akibat kwalitas pendidikan yang buruk.
Menurut hasil survei World
Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan
Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut pada tahun 1997 dari 49
negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999,
dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002
dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari
55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53.
Selain itu pada tahun 2005 Posisi
Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan
Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir dari laporan monitoring global
yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas
pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult
Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di
14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Laporan ini dipublikasikan pada
24 Juni lalu. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul
Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja,
India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan.
Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk
aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C
dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh
huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas
input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit
alias ke 14. Indonesia hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan
kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6
dan 4.
Melihat data di atas Indonesia sangat
kalah dengan negara – negara berkembang lainnya, seperti Malaysia,
Thailand, Myanmar dan Vietnam. Pemerintah harus mempunyai peran dalam
meningkatkan sumberdaya manusia melalui pendidikan. Pendidikan
berkwalitas didukung oleh sarana dan prasarana yang menunjang termasuk
perpustakaan. Selain itu peran dari pustakawan sangat diperlukan dalam memberdayakan pendidikan Indonesia.
Perkembangan perpustakaan dari tahun ke
tahun sudah menunjukkan kemajuan seiring dengan perkembangan teknologi.
Teknologi yang semakin canggih menuntut perpustakaan untuk lebih maju,
sekarang banyak perpustakaan yang sudah berkembang kearah digital
library. Ini menunjukkan kemajuan yang pesat, tetapi alangkah baiknya
kemajuan teknologi yang canggih harus disertai sumberdaya manusia yang
profesional sesuai bidangnya. Sarana dan prasarana yang memadai akan
menunjang terbentuknya pendidikan yang berkwalitas, sehingga dengan
pendidikan berkwalitas mampu menuju kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pendidikan yang berkwalitas melahirkan generasi yang tangguh dan
mempunyai intelektualitas yang tinggi disertai dengan aklaq yang baik.
Generasi yang berkwalitas akan mampu membawa negeri ini kearah yang
lebih baik.
Perkembangan perpustakaan di Indonesia
khususnya masih sangat lambat dibanding dengan luar negeri. Kebanyakan
orang masih menganggap remeh bahkan menganaktirikan perpustakan. Pada
umumnya orang beranggapan bahwa perpustakaan hanyalah kumpulan buku yang
penuh dengan debu dan pembuangan pegawai yang tidak produktif.
Paradigma ini harus diubah seiring dengan arus informasi yang berkembang
pesat. Pemerintah harus lebih proaktif dan terus berupaya untuk
mewujudkan pendidikan berkwalitas melalui perpustakaan.
B . Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia?
2. Bagaimana peran perpustakaan sebagai lembaga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan?
C. Tujuan
Melihat uraian diatas penulisan ini
bertujuan untuk memberikan ide, masukan, dan gagasan dalam upaya
meningkatkan prestasi pendidikan di Indonesia dan kwalitas sumber daya
manusia melalui perpustakaan.
D. Landasan Teori
Menurut hasil survei World
Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan
Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut pada tahun 1997 dari 49
negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999,
dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002
dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari
55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53.
Melihat ini perlunya suatu penelitian
mengenai penyebab dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Menurut
Arif Rahman rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh 9
faktor yaitu
1. Keberhasilan pendidikan diukur dari ranah kognitif.
2. Model evaluasi yang digunakan selama ini hanya mengukur kemampuan berfikir yang konvergen.
3. Proses pendidikan berubah menjadi proses pengajaran.
4. Kemampuan menguasai materi tidak disertai dengan pembinaan kegemaran belajar.
5. Gelar menjadi target pendidikan.
6. Materi pendidikan dan buku pelajaran ditulis dengan cara dan metode yang monoton.
7. Profesi guru yang terkesan menjadi profesi ilmiah.
8. Upaya pemerataan pendidikan tidak disertai dengan sarana dan prasarana yang memadai.
9. Manajemen pendidikan yang
menekankan pada tanggung jawab penyelenggara pendidikan kepada
pemerintah bukan pada stakeholder. (www.ilmu pendidikan.net).
Selain itu juga penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya minat baca masyarakat. Minat
untuk membaca di Indonesia masih tergolong rendah ini didasarkankan
pada data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006.
Bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber
utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%)
dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).
Data lainnya, misalnya International Association for Evaluation of
Educational (IEA). Tahun 1992, IAE melakukan riset tentang kemampuan
membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV 30 negara di dunia.
Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan
urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca
masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak SD.
Data diatas menunjukkan betapa rendahnya
minat baca rakyat Indonesia. Rendahnya minat baca ini juga disebabkan
oleh faktor harga buku yang tidak terjangkau, bahasa yang digunakan
adalah bahasa kaku, kurang tersedia tempat membaca yang nyaman dan
padatnya kurikulum. Perpustakaan sebagai salah satu tempat baca
seharusnya di desain yang menarik supaya pemakai nyaman. Pustakawan
dituntun untuk mampu menjadi tenaga yang profesional dalam bidangnya
sehingga mampu menarik para pemakai untuk datang ke perpustakaan.
Menurut UU no 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola
koleksi karya tulis,karya cetak, dan/ atau karya rekam secara
profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.
Dari pengertian tersebut disebutkan bahwa perpustakaan mencakup segala
komponen. Disini perpustakaan mampu menyediakan koleksi yang sanggup
menjadi daya tarik para pembaca itu sendiri. Ini merupakan tugas dari
pustakawan untuk mampu memberdayakan perpustakaan agar mampu berperan
dalam pendidikan. Pada bab pendahuluan disebutkan bahwa sumber daya
manusia yang rendah dari mutu pendidikan yang rendah pula. Pendidikan
yang berkwalitas dapat dilihat dari segi internal maupun eksternal. Dari
segi eksternal kwalitas pendidikan adalah Pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik menjadi 5 hasil produk pendidikan, meliputi
- Pembelajaran sepanjang hayat.
- Komunikator yang baik dalam bahasa nasional / internasional.
- Ketrampilan teknologi untuk lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari.
- Siap secara kognitif untuk pekerjaan yang komplek, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan.
5. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab secara social, politik dan budaya. ( Nurkolis,2003:71)
Dari segi internal pendidikan yang
berkwalitas adalah memungkinkan tenaga pengajar dan staf lainnya mampu
berkembang secara fisik maupun psikis. Dari segi fisik ini meliputi
kesejahteraan dan berupa material, sedangkan dari segi psikis adalah
kesempatan untuk berkembang. Dalam mencapai pendidikan yang berkwalitas
tentu banyak kendala yang dihadapi antara lain
- Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat luas masih rendah karena terlalu kuatnya dominasi pemerintah pusat dalam manajemen mikro pendidikan.
- Penggunaan sumber daya yang tidak optimal dan tidak efisien dikarenakan rendahnya anggaran pendidikan dan pengelolaan anggaran yang terpusat.
- Partisipasi masyarakat yng masih rendah.
- Sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi dilingkungannya baik dari segi politik, ekonomi, social, budaya dan teknologi. (Nurkolis,2003)
Pada poin ke 4 disebutkan bahwa Sekolah
tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi dilingkungannya baik dari
segi politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Peran
perpustakaan sekolah dituntut untuk mampu menyediakan informasi yang
berkembang sesuai zaman. Perpustakaan sekolah harus mampu menyediakan
informasi yang tepat, cermat, akurat dan akuntabel bagi pemakai
perpustakaan.
E. Pembahasan
Dari uraian penulis sebelumnya dapat
dijadikan tolak ukur kwalitas pendidikan di Indonesia. Kwalitas
sumberdaya manusia berasal dari proses pendidikan yang dijalankan secara
kontinyu. Pada bab ini penulis akan mengungkapkan ide, gagasan yang
perlu dilakukan oleh perpustakaan khususnya.
Adapun peran perpustakaan dalam meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia meliputi:
a. Budaya Baca
Budaya baca adalah Suatu sikap dan
tindakan/perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan (Sutarno,2006:27). Pembinaan minat baca yang dilakukan
sejak dini, akan berkelanjutan sampai dewasa dan menjadi suatu
kebutuhan tersendiri. Pada masyarakat Indonesia kebiasaan membaca belum
menjadi budaya seperti diluar negeri. Masyarakat Indonesia lebih suka
mendengarkan daripada membaca. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi
perpustakaan dalam meningkatkan budaya baca. Budaya baca perlu diupaya
dalam menuju masyarakat gemar membaca. Ini menuntut peran dari berbagai
lapisan masyarakat dalam membina generasi gemar membaca.
Perpustakaan sekolah sebagai sarana
penunjang pendidikan harus ikut berperan didalamnya. Pihak sekolah
terutama kepala sekolah harus memperhatikan keberadaan perpustakaan
sekolah. Perpustakaan sekolah selama ini hanya dianggap sebagai
pelengkap saja. Banyak keadaan perpustakaan sekolah yang kurang layak,
ini dikarenakan kurangnya perhatian dari kepala sekolah. Pada UU
perpustakaan no 43 tahun 2007 disebutkan bahwa anggaran perpustakaan
sekolah sedikitnya 5% dari anggaran belanja operasional sekolah.
Sudahkah setiap sekolah menyediakan anggaran 5% dari APBS? Ini menjadi
salah satu indikasi bahwa perpustakaan sekolah yang kurang baik. Pihak
sekolah lebih banyak menggunakan untuk keperluan lainnya dari pada
digunakan untuk perbaikan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah
yang sudah mempunyai anggaran 5 % perlu dikelola secara maksimal akan
menghasilkan suatu hasil yang memuaskan. Semua itu bisa terwujud dengan
peran dari seluruh warga sekolah. Penyediaan bahan bacaan yang bermutu
akan meningkatkan budaya baca diantara para siswa.
b. Tersedianya sumber informasi yang cepat, tepat dan akurat.
Perkembangan era globalisasi ini
informasi sangatlah memegang peranan penting dalam kehidupan. Teknologi
yang serba canggih menuntut para pemakai informasi mampu mengikuti
sesuai perkembangan yang ada. Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak
dalam bidang informasi harus mampu menyesuaikan dan mampu menyediakan
bagi para pemakainya. Penyediaan bahan informasi baik berupa buku maupun
non buku. Informasi yang berupa buku misalnya, ensiklopedi, buku non
fiksi, fiksi, directory, maupun kamus. Sedangkan bahan informasi yang
non buku misalnya, mikrofis, film, CD- room, kaset. Kemajuan teknologi
yang ada sekarang ini dapat dijadikan sebagai suatu koleksi non buku
yaitu fasilitas internet. Fasilitas internet ini sangatlah mempermudah
para pencari informasi. Dengan internet seseorang bisa berwisata ke
ujung dunia sekalipun.
Perpustakaan sekolah yang didukung
dengan fasilitas internet mampu menjadi daya tarik begi perpustakaan
tersebut. Ini juga membuat para siswa tidak tertinggal dalam
perkembangan informasi yang ada. Penyediaan koleksi buku juga diperlukan
dalam penyediaan informasi, dalam pengadaannya pun harus sesuai dengan
kebutuhan dan selera para pemakai perpustakaan tersebut. Suatu
perpustakaan dikatakan berhasil apabila dilihat dari jumlah pengunjung,
jumlah koleksi, maupun jumlah koleksi yang dipinjam.
Perpustakaan sekolah yang mampu menjadi
sarana belajar bagi para siswa akan memiliki daya guna yang tinggi,
sehingga mampu berperan dalam proses pendidikan. Jadikanlah perpustakaan
sekolah menjadi jantung pendidikan di sekolah tersebut. Sehingga dari
peran perpustakaan tersebut akan menghasilkan generasi dan sumber daya
manusia.
Sumber Daya manusia adalah potensi yang
merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material / non
financial didalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi
potensi nyata secara fisik (real) dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi (Nawawi,1998:40). Maju mundurnya perpustakaan
ditentukan oleh sumber daya manusianya itu sendiri. Perpustakaan yang
dikelola dengan sumber daya manusia yang profesional mampu menghasilkan
out put yang bagus. Perpustakaan akan maju dan berkembang sesuai yang
diharapkan oleh banyak pihak.
Sumber daya manusia di perpustakaan
adalah pustakawan dan tenaga staff di perpustakaan tersebut. Menurut UU
no 43 tahun 2007 disebutkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan /atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Selama ini masih
banyak sumber daya manusia perpustakaan yang masih rendah khususnya
dalam hal teknologi. Ada 6 aspek sebagai faktor penyebeb rendahnya
penguasaan teknologi oleh pustakawan. yaitu
a) Peraturan terhadap angka kredit
b) Sikap pustakawan
c) Kemampuan pustakawan
d) Rancangan program aplikasi
e) Materi pendidikan kepustakawanan
f) Organisasi profesi (Koeswara,1998:171)
Peningkatan mutu sumber daya manusia
dalam perpustakaan sangat diperlukan untuk berkembang kearah yang lebih
maju. Pustakawan harus mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun non pemerintah. Pelatihan itu dapat berupa
seminar,magang maupun pelatihan khususnya dalam hal teknologi.
Profesionalisme pustakawan dapat menjadi indikator dalam peranan
pendidikan di Indonesia pada umumnya. Sumber daya manusia meliputi 3
komponen pokok meliputi keramahan pelayanan, kecepatan dan
keprofesionalan.
F. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Dari uraian penulis diatas dapat
disimpulkan bahwa perpustakaan mempunyai peranan penting dalam
meningkarkan kwalitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang
berkwalitas menghasilkan sumber daya manusia yang berkwalitas. Adapun
peran yang dapat diambil oleh perpustakaan dalam upaya ikut meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia meliputi
1. Budaya membaca yang masih
rendah menjadi indikasi bahwa rendahnya tingkat sumberdaya manusia.
Kebiasaan membaca belum menjadi budaya dikalangan masyarakat Indonesia.
Disini dituntut peranan perpustakaan dalam memberdayakan budaya baca.
2. Tersedianya sumber informasi
yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan oleh para pencari
informasi.Perpustakaan sebagai fasilitator hendaknya mampu menyediakan
informasi yang up tudate, sehingga perpustakaan mempunyai nilai yang
berdaya guna tinggi.
3. Tenaga pustakawan yang
profesional, sebagai sumber daya manusia pengelola perpustakaan
hendaknya mampu memngelola perpustakaan sesuai kemampuan. Perlunya
pustakawan untuk tetap menambah wawasan pengetahuan dalam rangka
meningkatkan kwalitasnya.
b. Saran
Pendidikan berkwalitas harus didukung
oleh segenap lapisan masyarakat serta tersedianya sarana dan prasarana
yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Pemerintah sebaiknya
memberi dukungan penuh pada perpustakaan sebagai sarana belajar untuk
lebih berkembang kearah yang lebih baik dan maju.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkolis.2003.Manajemen Berbasis Sekolah Teori model dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo.
Koeswara.1998.Dinamika Informasi dalam era Global. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nawari Hadari .1998. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Kompetitif. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Lasa Hs.2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus Book Publisher.
http://www.ilmupendidikan.net/
http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesia-ranking-109-malaysia-61/
http://writingsdy.wordpress.com/2007/06/01/mengatasi-rendahnya-minat-baca-di-indonesia/
Seminar Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia, 8 Agustus 2009, Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Soetarno Ns. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto
Sumber: http://www.pemustaka.com/peran-perpustakaan-dalam-meningkatkan-kwalitas-pendidikan-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar